13 April 2011

Jazakumulloh khoiron

 Sering kita mengucapkan kalimat (ﺟﺰﺍﻙ
ﺍﻟﻠﻪ ﺧﻴﺮﺍ) (semoga Allah membalas anda
dengan kebaikan) atau kalau kepada perempuan
jazaka menjadi jazaki dan kalau orangnya banyak
jazakumullahu khairan. Ternyata ini adalah sunnah
Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam sebagaimana
terungkap dalam hadits riwayat At-Tirmidzi
dengan sanad sebagai berikut:
Al Husain bin Hasan Al Marwazi di Mekah dan
Ibrahim bin Sa ’id Al Jauhari menceritakan kepada
kami, keduanya berkata, Al-Ahwash bin Jawwab
menceritakan kepada kami, dari Su ’air bin Al-
Khims, dari Sulaiman At-Taimi, dari Abu Utsman
An-Nahdi, dari Usamah bin Zaid yang berkata,
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda,
ﻣﻦ ﺻﻨﻊ ﺇﻟﻴﻪ ﻣﻌﺮﻭﻑ ﻓﻘﺎﻝ ﻟﻔﺎﻋﻠﻪ ﺟﺰﺍﻙ ﺍﻟﻠﻪ
ﺧﻴﺮﺍ ﻓﻘﺪ ﺃﺑﻠﻎ ﻓﻲ ﺍﻟﺜﻨﺎﺀ
“Barangsiapa yang diberikan suatu kebaikan
kepadanya lalu dia membalasnya dengan
mengucapkan jazakallaahu khairan (semoga Allah
membalasmu dengan kebaikan) berarti dia telah

sempurna dalam memuji. ” (Sunan At-Tirmidzi, no.
2035).
Tinjauan sanad:Al-Husain bin Hasan Al-Marwazi
adalah guru At-Tirmidzi dan Ibnu Majah, Al-Hafizh
Ibnu Hajar menganggapnya “Shaduq”. Ibnu
Hibban memasukkannya dalam kitab Ats-Tsiqaat
dan Abu Hatim mengatakan, “Shaduq”. (At-Taqrib
1/151, no. 1447, Tahdzib Al-Kamal 6/361-363, no.
1304).Ibrahim bin Sa ’id Al-Jauhari menurut Ibnu
Hajar dia tsiqah lagi seorang hafizh (At-Taqrib 1/43,
no. 204).Al-Ahwash bin Al-Jawwab, Ibnu Hajar
menganggapnya shaduq (jujur) mungkin ada
keraguan. Ibnu Ma ’in menganggapnya tsiqah dan
Abu Hatim menganggapnya shaduq, salah satu
gurunya adalah Su ’air bin Al-Khims sebagaimana
dijelaskan oleh Al-Mizzi. Dia salah seorang yang
dipakai dalam Shahih Muslim sebagai hujjah. (At-
Taqrib 1/54, no. 327, Tahdzib Al-Kamal 2/288, no.
286).Su ’air bin Al-Khims, Ibnu Hajar
menganggapnya shaduq dan dia dipakai dalam
Shahih Muslim berupa hadits tentang waswas.
Ibnu Ma ’in dalam riwayat Ad-DAuri
menganggapnya tsiqah, Abu Hatim
menganggapnya shaduq dan Ibnu Hibban
memasukkannya dalam kitab Ats-Tsiqaat. (At-
Taqrib 1/250, no. 2680, Tahdzib Al-Kamal 11/130,
no. 2394).Sulaiman At-Taimi, dia adalah Sulaiman
bin Tharkhan At-Taimi, karena memang dialah
murid Abu Utsman An-Nahdi dan salah satu
muridnya adalah Su ’air bin Al-Khims. Tsiqah ‘abid
dipakai oleh Al-Bukhari dan Muslim dan empat
penyusun sunan. (At-Taqrib 1/261, no. 2836,
Tahdzib Al-Kamal 12/5, no. 2531).Abu Utsman An-
Nahdi, namanya adalah Abdurrahman bin Mull,
tsiqah tsabat ‘abid, memang biasa meriwayatkan
dari Usamah bin Zaid. (At-Taqrib, 1/396, no. 4494,
Tahdzib Al-Kamal 17/424, no. 3968).
Islam mengajarkan ucapan terimakasih
kepada siapa saja yang berbuat baik kepada kita,
sekecil apapun kebaikan itu. Tidak boleh
mengingkari kebaikan orang yang telah kita
nikmati, sebagaimana sabda Rasulullah shallallaahu
'alaihi wa sallam:
ﻣﻦ ﺃﻋﻄﻲ ﻋﻄﺎﺀ ﻓﻮﺟﺪ ﻓﻠﻴﺠﺰ ﺑﻪ ﻭﻣﻦ ﻟﻢ ﻳﺠﺪ ﻓﻠﻴﺜﻦ
ﻓﺈﻥ ﻣﻦ ﺃﺛﻨﻰ ﻓﻘﺪ ﺷﻜﺮ ﻭﻣﻦ ﻛﺘﻢ ﻓﻘﺪ ﻛﻔﺮ
“Siapa yang diberi pemberian maka hendaklah dia
membalasnya dengan itu pula. Kalau tidak maka
dengan memuji, sebab dengan memuji berarti
telah berterimakasih dan siapa yang
menyembunyikan (kebaikan orang padanya)
berarti dia telah kufur nikmat. ” (HR. At-Tirmidzi, no.
2034).
Berterimakasih kepada sesama manusia
merupakan salah satu bentuk syukur atas nikmat
Allah, sebagaimana terungkap dalam hadits dari
Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda,
ﻻ ﻳﺸﻜﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﻣﻦ ﻻ ﻳﺸﻜﺮ ﺍﻟﻨﺎﺱ
”Tidak dinamakan bersyukur kepada Allah bagi
siapa yang tidak berterimakasih kepada
manusia. ” (HR. Abu Daud, no. 4811, At Tirmidzi
no. 1954 )[1]
Al-Khaththabi menjelaskan hadits ini
mengandung dua kemungkinan, pertama, orang
yang menjadi kebiasaannya adalah mengingkari
nikmat dari manusia, maka juga akan menjadi
tabiatnya mengingkari nikmat Allah.
Kemungkinan kedua, bahwa Allah tidak
menerima syukur dari seorang hamba kalau si
hamba itu tidak pandai berterimakasih atas
kebaikan orang lain, karena keduanya saling
berhubungan.[2]
Jadi, jangan remehkan ucapan terimakasih
kepada siapapun yang berjasa, baik memberi
bantuan materil maupun moril, karena itu adalah
salah satu bentuk syukur kepada Allah Ta ’ala.
Kadang kita suka salah dalam
mengucapkan ini, seperti mengucapkan ”Jazakallah
khair” itu secara bahasa bisa diartikan begini:
”Semoga kebaikan membalasmu dengan Allah.”
Makanya, ujung ’AN’ yang ada setelah kata khair
jangan sampai ketinggalan.
Demikian semoga bermanfaat, dan saya
ucapkan JAZAKUMULLAHU KHAIRAN atas
perhatiannya..:)
Anshari Taslim, Bogor 12 Oktober 2010.
[1] Dianggap shahih oleh Al-Albani dalam Shahih
At-Targhib, no. 973, dan As-Silsilah Ash-Shahihah,
no. 416.
[2] Lihat: Ma’alim As-Sunan, juz 4 hal. 113 ketika
menjelaskan hadits di atas.

No comments:

Post a Comment