31 August 2011

Kisah Nyata di Suatu Majelis: Perjalanan Seorang Penuntut Ilmu yang Perlu Diteladani



Bismillaahirrohmaanirrohiim……..
Cerita ini saya (penulis) tulis adalah untuk
memberikan ibroh kepada kita semua khususnya
saya sendiri bahwa penderitaan dan
kesusahahpayahan kita dalam menempuh jalan
yang haq ini tidaklah seberapa, bahkan jika kita
bandingkan dengan para salafushalih. Cerita yang
saya ambil ini adalah kisah manusia di masa ini,
dimana sangat langka dan sulit ditemui orang-
orang yang memiliki ghiroh yang sama
sepertinya dalam tholabul ‘ilm. Saya menuliskan
cerita ini adalah berdasarkan sebuah kisah nyata,
dimana kisah tersebut saya dengar sendiri oleh
salah satu sumber (akhowat) terpercaya yang
mengetahui kisah tersebut …wallahua’lam.
Semoga kisah ini dapat memotivasi dan
menginspirasi kita untuk lebih dapat bersemangat
dalam menuntut ilmu syar ’ie…
Baarokallohufiikum……
Di suatu daerah terpencil, terdapat sepasang
suami istri yang sangat zuhud ….mereka belum
dikaruniai seorang putra karena masih
dikategorikan pengantin yang masih baru. Perlu
diketahui sang suami adalah seorang yang sangat
rajin menuntut ilmu, ia adalah seseorang yang
memiliki semangat yang sangat luar biasa untuk
memperoleh ilmu. Bahkan dahulu ketika ia ingin
menikah, ia tidak mempunyai sepeser uang yang
cukup untuk meminang seorang akhowat, dan
akhirnya ia menghadap kepada salah seorang
ustadz di ma ’had yang saat itu ia belajar di sana
hanya untuk meminta nasihat bagaimana ia dapat
menikah. Ia sangat sadar bahwa dirinya tak
tampan, dan tidak mapan dalam pekerjaan karena
hampir masa mudanya dihabiskan di ma ’had.
Sang ustadz pun menghargai tekadnya dan pada
akhirnya membiayai pernikahan lelaki tersebut.
Sang suami di masa mudanya adalah salah
seorang murid yang diakui kepandaiannya di
ma ’hadnya. Beberapa rekan dan ustadz
memujinya dalam hal keilmuannya. Suatu hari
sang suami berniat ingin mendatangi suatu
majelis di luar kota. Karena ia belum memiliki
pekerjaan yang tetap (masih serabutan-red-)
maka ia dan istrinya memikirkan bagaimana
caranya agar sang suami dapat pergi untuk
mendatangi majelis tersebut walau ekonomi
mereka sangat pas-pasan. Jarak yang harus
ditempuh sangatlah jauh, sehingga
membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Sedangkan penghasilan mereka untuk makan
sehari-hari saja masih belum cukup. Sang suami
bukanlah seorang yang malas dalam mencari
nafkah, namun qadarallah ….Allah telah
menetapkan rezekinya hanya sedemikian. Walau
demikian ia tetap bersemangat dalam menjalani
hidupnya.
Suatu hari istrinya yang walhamdulillah sangat
qona ’ah dan juga zuhud, berinisiatif membongkar
tabungan yang beberapa bulan ia kumpulkan di
kotak penyimpanannya. Qaddarallah …..uang
yang terkumpul hanya Rp 10.000,-. Bayangkan
wahai pembaca,,,,bahkan mata ini ingin
menangis ketika saya mengetik kisah ini ….Dalam
sehari kita bisa memegang uang puluhan ribu,
ratusan ribu, bahkan mungkin hingga ada yang
mencapai nominal jutaan …Dengan keistiqomahan
dan kezuhudan sang istri tidak pernah mengeluh
untuk mengumpulkan 100 perak (Rp 100,-) setiap
keuntungan yang diperoleh suaminya yang tidak
setiap hari ia dapatkan …..
Sang istri segera mengumpulkan uang tersebut
dan berinisiatif untuk membuatkan bekal arem-
arem (bahasa jawa), yaitu sejenis nasi kepal yang
dibungkus daun pisang untuk bekal perjalanan
suaminya. Hanya itu yang dapat sang istri berikan
kepada suaminya sebagai wujud cinta dan kasih
sayangnya….
Sang suami pun kemudian berangkat dengan
membawa bekal dan do ’a dari istrinya untuk
menuntut ilmu….Ia pergi dengan berjalan
kaki…..yah!! hanya berjalan kaki untuk menepuh
jarak puluhan kilometer!!! (wallahua’lam) Karena ia
tak membawa uang sepeserpun untuk
bepergian …hanya beberapa buah arem-arem dan
pakaian yang melekat di badannya yang ia bawa
ke luar kota … Subhanallooh…..
Perjalanan ia tempuh 3 hari 3 malam dengan
kedua kakinya tanpa kendaraan
satupun ….Akhirnya ia pun sampai di tempat
majelis dilaksanakan, hanya dengan berjalan kaki
dan berteduh di tempat seadanya selama
perjalanan …..
Majelis akhirnya dimulai…selama majelis ia sangat
antusias untuk mengambil ilmu yang
diterimanya, ia mengambil shaf paling depan dan
dekat dengan ustadz pemateri. Namun beberapa
saat kemudian ia mendapat teguran oleh
seseorang di sampingnya karena setiap beberapa
menit ia selalu meluruskan kakinya ketika materi
berlangsung…hal itu tidak ia lakukan sekali-dua
kali….namun hingga beberapa kali…hingga
akhirnya orang disampingnya pun menegurnya
karena menganggapnya tidak sopan ….Hal itu ia
lakukan karena kakinya terasa pegal selama 3 hari
3 malam berjalan kaki ….Masyaa Alloh..
Saat istirahat pun tiba…ia berkumpul dengan
ikhwan-ikhwan lain di dapur untuk membantu
berbenah ….ia pun akhirnya menceritakan kisah 3
hari 3 malamnya itu kepada salah seorang ikhwan
di tempat tersebut..dan seketika membuat
tercengang orang-orang yang
mendengarnya …..Akhirnya cerita itu sampai ke
telinga ustadz pemateri majelis…Ustadz pun
tercengang dengan kisah itu….dan akhirnya
ustadz beserta ikhwan-ikhwan mengumpulkan
dana sukarela untuk memberikan sumbangan
kepadanya …dan terkumpulah uamg Rp 300.000,-
sebagai dana bantuan untuk kepulangannya….
Subhanalloh…sebuah kisah yang mungkin
sempat kita ragukan kebenarannya, tapi Insya
Alloh ini kisah nyata …..Semoga kita dapat
mengambil ibroh dari kisah ini….terakhir mari kita
simak hadist berikut ini….
“Barang siapa menempuh jalan untuk menuntut
ilmu agama, pasti Allah membuat mudah
baginya jalan menuju surga ” (HR Muslim)
Yahya bin Abi Katsir rahimahullahu ta’ala berkata,
“Ilmu tidak akan diperoleh dengan tubuh yang
dimanjakan (dengan santai/tidak bersungguh-
sungguh). ” (Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abdil Barr
dalam Jaami’ Bayaanil ‘Ilmi wa Fadhlihi I/385, no.
554)
Semoga cerita ini dapat menjadi pelajaran yang
berharga bagi kita semua terkhususnya saya
sebagai penulis …..Wallahua’lam bishowab….
Nb: Jika ada kekurangan penulisan maupun
kekurangtepatan alur cerita dalam kisah ini …
semua kesalahan dari penulis semata dan mohon
untuk dimaklumi karena keterbatasan ingatan dan
lain sebagaianya …karena kebenaran semuanya
dari Alloh azza wa jalla semata..
Baarokallohufiikum
(Menuntut Ilmu Dien (Syar’ie)’s blog)

No comments:

Post a Comment