09 April 2011

Indahnya Rumah Tangga di BawahNaungan Manhaj Nubuwwah


Rumah Tangga Sebuah Amanah
Kewajiban paling utama, tanggung jawab paling
besar, dan amanah paling berat adalah pendidikan
terhadap keluarga dan bimbingan untuk rumah
tangga, berawal dari diri sendiri kemudian istri,
anak-anak , dan kerabatnya. Inilah yang
dimaksud firman Alloh:
ﻳـﺄﻳﮩﺎ ﭐﻟﺬﻳﻦ ﺀﺍﻣﻨﻮﺍ
ﻗﻮﺍ ﺃﻧﻔﺴﻜﻢ ﻭﺃﻫﻠﻴﻜﻢ
ﻧﺎﺭﺍ ﻭﻗﻮﺩﻫﺎ ﭐﻟﻨﺎﺱ
ﻭﭐﻟﺤﺠﺎﺭﺓ ﻋﻠﻴﮩﺎ ﻣﻠـٮﻜﺔ
ﻏﻠﺎﻅ ﺷﺪﺍﺩ ﻟﺎ ﻳﻌﺼﻮﻥ ﭐﻟﻠﻪ
ﻣﺎ ﺃﻣﺮﻫﻢ ﻭﻳﻔﻌﻠﻮﻥ ﻣﺎ
ﻳﺆﻣﺮﻭﻥ (٦ )
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah
dirimu dan keluargamu dari api naar yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang
tidak mendurhakai Allah terhadap apa ang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. 66:6)
Pendidikan keluarga bukan sekedar kegiatan
sambilan, pemikiran sedeharna, atau upaya ala
kadarnya. Namun pendidikan keluarga
merupakan kebutuhan asasi dan masalah yang
sangat urgen serta memiliki konsekuensi jauh ke
depan dalam menentukan masa depan rumah
tangga. Seorang muslim harus bertanggung
jawab atas segala kekurangan dan kesesatan
yang terjadi di tengah keluarganya. Dari Ibnu
Umar Rodhiyalloohu ‘Anhuma berkata: aku
mendengar Rosulullooh Shololloohu ‘alaihi
wassallam bersabda:
“ Kamu sekalian adalah pemimpin, dan akan
diminta tanggung jawab atas
kepimpinannya, seorang imam adalah
pemimpin, dan akan diminta tanggung
jawab atas kepemimpinannya dan seorang
laki-laki adalah pemimpin dan akan diminta
tanggung jawab atas atas
kepemimpinannya, dan wanita adalah
penanggung jawab terhadap rumah
suaminya dan akan diminta tanggung
jawabnya, serta pembantu penanggung
jawab atas harta benda majikannya dan
akan diminta tanggung jawabnya ”. (Shohih,
diriwayatkan oleh Bukhori dalam Shohih-nya:
893, 2409, 2554, 2558, 2571, 5188, dan 7138.
Muslim dalam Shohih-nya: 4701, dan Tirmidzi
dalam Sunan-nya: 1705)
Keluarga yang baik merupakan nikmat yang
paling agung dan karunia yang palingberharga
dan tidak ada yang mampu menghargai dan
mengenali nilainya kecuali orang yang telah
memiliki keluarga hancur dan rumah tangga
berantakan sehingga kehidupan laksana terkurung
oleh hawa neraka, dan hari-harinya hampir
diwarnai perih dan pilu karena keluarga
berantakan.
Bekal Membina Rumah Tangga
Ketahuilah bahwa berbagai macam problem
kehidupan dalam rumah tangga sering timbul
akibat kebodohan terutama terhadap ilmu agama.
Dan sebagai obatnya adalah belajar, sebagaimana
sabda Nabi Shololloohu ‘alaihi wassallam kepada
para sahabat Rodhiyalloohu ‘Anhuma:
“Mengapa mereka tidak bertanya jika tidah tahu?
Sesungguhnya obat kebodohan adalah bertanya”.
(Hasan, diriwayatkan Imam Abu Dawud dalam
Sunan-nya: 337 dan Ibnu Majah dalam Sunan-
nya:572. Dan dihasankan syaikh al-Albani dalam
Shohih Sunan Abu Dawud: 337)
Kedunguan hati dari ilmu dan kebisuan lisan dari
berbicara dinyatakan sebagai penyakit. Dan
obatnya adalah bertanya kepada ulama, sehingga
meraih ilmu yang bermanfaat, sebab ilmu yang
bermanfaat adalah ilmu yang terpancar dari
lentera Al-Qur ’an dan as-Sunnah sesuai dengan
pemahaman para sahabat dan tabi’in , termasuk
perkara yang terkait dengan ma’rifat kepada Alloh,
hukum halal-haram, zuhud, kebersihan hati dan
akhlaq mulia, serta mengatur kehidupan rumah
tangga.
Ilmu yang bermanfaat berfungsi sebagai
pemusnah secara tuntas dua penyakit rohani
yang paling berbahaya dan menjadi biang
penyakit hati yaitu syubhat dan syahwat. Maka
sebagai seorang pendidik, sebelum membina
keluarganya, harus membekali dirinya dengan
ilmu agama yang cukup. Sehingga dengan bekal
ilmu agama yang bermanfaat, semua urusan
rumah tangga menjadi mudah dan berdakwah di
tengah keluarga menjadi lancar. Apalagi bila ilmu
telah meresap ke dalam hati maka akan
melenyapkan penyakit syubhat dan syahwat,
mencabut kedua penyakit itu sampai ke akar-
akarnya. Ibaratnya orang yang sedang minum
obat, segala macam kuman akan hancur dan
musnah, sementara obat yang paling manjur
adalah obat yang cepat meresap ke dalam tubuh
dan tidak membuat kuman kebal, tetapi untuk
memusnahkan.
Akhlaq Seorang Pendidik
Seorang pembina rumah tangga harus berilmu,
berperangai lemah lembut, bersabar dalam
mendidik, sehingga akan memberikan kesan
yang baik pada keluarga, seperti firman Alloh
Subhannahu Ta ’ala:
ﻓﺒﻤﺎ ﺭﺣﻤﺔ ﻣﻦ ﭐﻟﻠﻪ ﻟﻨﺖ
ﻟﻬﻢ ﻭﻟﻮ ﻛﻨﺖ ﻓﻈﺎ ﻏﻠﻴﻆ
ﭐﻟﻘﻠﺐ ﻟﭑﻧﻔﻀﻮﺍ ﻣﻦ ﺣﻮﻟﻚ
ﻓﭑﻋﻒ ﻋﻨﮩﻢ ﻭﭐﺳﺘﻐﻔﺮ ﻟﻬﻢ
ﻭﺷﺎﻭﺭﻫﻢ ﻓﻰ ﭐﻟﺄﻣﺮ ﻓﺈﺫﺍ
ﻋﺰﻣﺖ ﻓﺘﻮﻛﻞ ﻋﻠﻰ ﭐﻟﻠﻪ
ﺇﻥ ﭐﻟﻠﻪ ﻳﺤﺐ ﭐﻟﻤﺘﻮﻛﻠﻴﻦ
(١٥٩ )
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu
berlaku lemah-lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. (QS. Ali Imran [3]: 159)
Syaikhul islam Ibnu taimiyah Rohimahulloh
berkata:
“ Hendaknya tidak menyeru kebaikan dan
melarang kemungkaran kecuali setelah memiliki
tiga bekal: berilmu sebelum menyeru kebaikan
dan melarang kemungkaran, berperangai lemah
lembut ketika menyeru kebaikan dan melarang
kemungkaran, serta bersabar setelah menyeru
kebaikan dan melarang kemungkaran. ” (al-Amr
bil Ma’ruf wan Nahyu ‘anil Munkar, Ibnu
Taimiyah, hal. 57)
Hendaknya seorang pendidik paling terdepan
dalam memberi contoh karena sangat berat
ancaman orang yang tidak konsekuen terhadap
ajakannya, sebagaimana sabda Nabi Shololloohu
‘ alaihi wassallam:
“Nanti pada hari kiamat ada seseorang
didatangkan lalu dilemparkan ke dalam neraka,
maka ususnya keluar. Lalu ia berputar-putar di
sekitar penggilingan. Kemudian penghuni neraka
mengerumuninya dan bertanya, ‘Hai Fulan, ada
apa denganmu? Bukankah kamu yang menyeru
kepada kebaikan dan melarang dari
kemungkaran ?’ Ia menjawab, ‘Ya, aku telah
menyeru kepada kebaikan tetapi aku sendiri tidak
mengerjakannya dan aku melarang orang dari
kemungkaran tetapi aku sendiri
mengerjakannya. ” (Shohih, diriwayatkan Imam
Bukhori dalam Shohih-nya: 3267, 7098. Dan
Imam Muslim dalam shohih-nya: 7408)
Hadits shohih di atas memberi petunjuk bahwa
orang yang mengetahui kebaikan dan
kemungakaran lalu melanggarnya lebih berat
siksaannya daripada orang yang tidak
mengetahuinya karena ia seperti orang yang
menghina larangan Alloh dan meremehkan
syari ’at-Nya, sehingga ia termasuk ahli ilmu yang
tidak bermanfaat ilmunya.
Wahai saudaraku, para suami…
Wahai sang suami, sungguh engkaulah
pemegang kendali rumah tangga, ikatan
pernikahan dan perjanjian yang berat, karena
Alloh berfirman:
… .. ﻭﺍﺧﺬﻥ ﻣﻨﻜﻢ ﻣﻴﺜﺎﻗﺎ
ﻏﻠﻴﻈﺎ
Dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari
kamu perjanjian yang kuat. (QS. 4:21)
Anda telah memikul tanggung jawab, memegang
amanat dan beban rumah tangga. Hubungan
penikahan merupakan kemuliaan bagi laki-laki dan
perempuan, maka secara fitroh dan naluri
masing-masing memiliki tugas hidup agar
kehidupan rumah tangga berjalan normal dan
lurus seperti firman Alloh:
ﭐﻟﺮﺟﺎﻝ ﻗﻮٲﻣﻮﻥ ﻋﻠﻰ
ﭐﻟﻨﺴﺎﺀ ﺑﻤﺎ ﻓﻀﻞ ﭐﻟﻠﻪ
ﺑﻌﻀﻬﻢ ﻋﻠﻰ ﺑﻌﺾ ﻭﺑﻤﺎ
ﺃﻧﻔﻘﻮﺍ ﻣﻦ ﺃﻣﻮٲﻟﻬﻢ
ﻓﭑﻟﺼـﻠﺤـﺖ ﻗـﻨﺘـﺖ
ﺣـﻔﻈـﺖ ﻟﻠﻐﻴﺐ ﺑﻤﺎ ﺣﻔﻆ
ﭐﻟﻠﻪ ﻭﭐﻟـﺘﻰ ﺗﺨﺎﻓﻮﻥ
ﻧﺸﻮﺯﻫﻦ ﻓﻌﻈﻮﻫﻦ
ﻭﭐﻫﺠﺮﻭﻫﻦ ﻓﻰ ﭐﻟﻤﻀﺎﺟﻊ
ﻭﭐﺿﺮﺑﻮﻫﻦ ﻓﺈﻥ ﺃﻃﻌﻨڪﻢ
ﻓﻠﺎ ﺗﺒﻐﻮﺍ ﻋﻠﻴﮩﻦ ﺳﺒﻴﻼ
ﺇﻥ ﭐﻟﻠﻪ ﻛﺎﻥ ﻋﻠﻴﺎ ڪﺒﻴﺮﺍ
(٣٤ )
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum
wanita, oleh karena Allah telah melebihkan
sebahagian mereka [laki-laki] atas sebahagian
yang lain [wanita], dan karena mereka [laki-laki]
telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.
(QS. An-Nisa ’ [4]: 34)
Upayakanlah kendali rumah tangga, terutama
isterimu, tetap berada di tanganmu. Jangan
bersikap lemah dan tidak berwibawa serta tidak
berdaya di hadapan tuntutan dan tekanan
isterimu, akhirnya ia menghinamu,
memperbudakmu, dan merendahkanmu
sehingga kehidupan rumah tanggamu berantakan
bagaikan neraka. Begitu pula, jangan engkau
menghinanya dan menzholiminya, serta
menganggapnya seperti barang tak berguna,
sebab sikap semena-mena terhadap orang yang
lemah seperti isterimu menunjukkan kerdilnya
sebuah kepribadian. Terimalah kebaikan yang
telah diberikan kepadamu dengan senang hati dan
bersabarlah atas berbagai kekurangannya, serta
jangan mengangan-angankan kesempurnaan
darinya karena dia diciptakan oleh Alloh dari
tulang rusuk yang bengkok sebagaimana sabda
Rosululloh Shololloohu ‘alaihi wassallam:
(( ﺇﻥ ﺍﻟﻤﺮﺃﺓ ﺧﻠﻘﺖ ﻣﻦ
ﺿﻠﻊ, ﻟﻦ ﺗﺴﺘﻘﻴﻢ ﻟﻚ ﻋﻠﻰ
ﻃﺮﻳﻘﺔ, ﻓﺈﻥ ﺍﺳﺘﻤﺘﻌﺖ ﺑﻬﺎ
ﺍﺳﺘﻤﺘﻌﺖ ﺑﻬﺎ ﻭﻓﻴﻬﺎ ﻋﻮﺝ,
ﻭﺇﻥ ﺫﻫﺒﺖ ﺗﻘﻴﻤﻬﺎ ﻛﺴﺮﺗﻬﺎ
ﻭﻛﺴﺮﻫﺎ ﻃﻼﻗﻬﺎ ))
“Sesungguhnya wanita diciptakan dari tulang
rusuk, ia tidak bisa lurus bersamamu di atas satu
jalan. Jika kamu menikmatinya maka kamu
menikmatinya dalam kondisi bengkok, namun
bila anda ingin meluruskannya, maka boleh jadi
patah dan patahnya adalah talak. ” (Shohih,
diriwayatkan Imam Muslim dalam Shohih-nya:
3631)
Wahai saudaraku, para isteri …
Setiap kesalahan yang dilakukan seorang isteri,
perasaan mengikuti hawa nafsu, sikap terlalu
cemburu, atau was-was hanya merupakan
bisikan setan dan bersumber dari lemahnya iman
kepada Alloh, sehingga rumah tangga berubah
meikan bagnjadi berantakan laksana neraka dan
rumah tangga menjadi porak-poranda bagaikan
bangunan disambar halilintar; akibatnya, semua
pihak menyesali pernikahan tersebut. Atau boleh
jadi karena kesalahan isteri menjadi penyebab
talak (perceraian), kemudian jiwa menjadi
goncang dan ditimpa kegelisahan yang sangat
berat.
Betapa indahnya bila anda meluruskan hati, ahlak,
dan tabiat ketika bergaul dengan suami dan
kerabat suami anda. Betapa eloknya bila anda
selalu menggunakan akal sehat dan kesabaran
dalam setiap menghadapi urusan rumah tangga.
Betapa mulianya ketika seorang isteri mampu
menjadi pendamping setia bagi suami, dan
betapa agung kedudukannya di hati sang suami
bahkan ia mampu memikat perasaan suami
ketika sang isteri berkata: “Aku mendengar dan
mentaati”.
Semoga saudariku muslimah mendapa taufiq dan
hidayah dengan etika Islam, mau
menyempurnakan akal pikiran dengan ilmu dan
ma ’rifah, dan menyembuhkan hatinya dengan
keimanan kepada Alloh, sehingga kehidupan
penuh dengan suasana bahagia dan hidup
bersama sang suami penuh dengan ketenangan
dan ketentraman serta kegembiraan.
Wahai para isteri, tunaikanlah kewajibanmu
terhadap suamimu, niscaya engkau akan
mendapat kasih sayang dan cintanya!.
Kewajiban Seorang Suami
Kewajiban sebagai seorang suami banyak sekali
namun yang terpenting antara lain:
1. Kewajiban materi meliputi pemberian nafkah,
kebutuhan pakaian, dan kebutuhan pendidikan
keluarga serta kebutuhan tempat tinggal
2. Tidak boleh memberatkan isteri dengan
mengajukan berbagai tuntutan kebutuhan di luar
kemampuannya, dan tidak boleh membuat
suasana kacau karena permasalahan sepele,
sebagaimana yang telah diwasiatkan Rosululloh
Shololloohu ‘alaihi wassallam:
“Ingatlah dan berwasiatlah kepada wanita dengan
kebaikan, karena mereka berada disisimu
bagaikan pelayan, dan kalian tidak bisa memiliki
lebih dari itu kecuali mereka telah melakukan
perbuatan keji yang jelas. ”(Shohih, diriwayatkan
Tirmidzi dalam Sunan-nya: 1163 dan Ibnu Majah
dalam Sunan-nya: 1851)
3. Kewajiban non materi seorang suami meliputi
menggembirakan isteri dan bersikap lemah
lembut dalam bertutur kata. Sang suami harus
bermusyawarah dan mengambil pendapat sang
isteri dalam rangka menunaikan kebaikan. Begitu
juga, sang suami harus berterima kasih atas jerih
payah isterinya, dan tidak boleh mendiamkan di
atas tiga hari karena urusan keduniaan.
4. Hendaknya seorang suami memberi
kesempatan bagi isterinya untuk beramal sholih,
bersedekah dengan hartanya, memberi hadiah,
menyambut tamu dari keluarga dan kerabatnya,
serta setiap orang yang mempunyai hak atasnya.
5. Hendaknya mengambil waktu yang cukup
untuk tinggal di rumah dan berusaha semaksimal
mungkin menghindari keluar rumah tanpa tujuan
dan sering berpergian, sering keluar rumah untuk
bergadang tanpa manfaat, karena yang demikian
itu bisa membawa kehancuran.
6. Hendaknya sang suami tidak melarang
isterinya berkunjung kepada keluarga dan
kerabatnya, asal tidak berlebihan.
7. Wanita dalah mahluk yang lemah, maka wajib
bagi laki-laki memberi perhatian cukup,
melarangnya keluar ke pasar dan lainnya seorang
diri, dan harus menjauhkannya dari tempat yang
ikhtilath (bercampur) dan kholwah (berduaan/
menyepi) dengan laki-laki lain. Begitu juga
seorang suami harus menjauhkan sasuatu yang
merusak aqidah dan akhlaq keluarganya, dan
menyingkirkan segala sarana maksiat yang
menghancurkan kehormatan, seperti alat musik.
8. Seorang suami harus mengajarkan kepada
isterinya ilmu agama dan mendidiknya di atas
kebaikan, serta menyiapkan segala kebutuhannya
dalam rangka meraih ilmu dan istiqomah dalam
beragama sesuai dengan ajaran Alloh
Kewajiban Seorang Isteri
Di antara Kewajiban sebagai Seorang Isteri yang
paling utama dan prinsip, antara lain:
1. Mentaati dan mematuhi perintah suami selagi
tidak menganjurkan maksiat kepada Alloh, karena
tidak ada ketaatan kepada mahluk bila
menganjurkan kepada maksiat dan pelanggaran
kepada Alloh, seperti sabda Rosululloh
Shololloohu ‘alaihi wassallam:
“Tidak ada ketaatan bagi orang yang bermaksiat
kepada Allah Subahanahu wa Ta’ala”. (Shahih.
Diriwayatkan Muslim dalam Shahih-nya: 4840, at-
Tirmidzi dalam Sunan-nya: 1707 dan Ibnu Majah
dalam Sunan-nya: 2865 dengan lafazh Ibnu
Majah serta dishahihkan Syaikh al-Albani.)
2. Dalam bidang materi, seorang isteri harus
memberikan pelayanan fisik, baik yang berkaitan
dengan kebutuhan pribadi suami atau rumah
tangganya, sehingga ibadah nafilah (sunnah)
menjadi gugur demi menunaikan tugas tersebut.
Dari Abu Hurairoh sesungguhnya Rosululloh
Shololloohu ‘alaihi wassallam: bersabda:
“Tidak boleh bagi seorang isteri berpuasa (sunnat)
sementara suami ada di rumah kecuali atas
izinnya (suami), tidak boleh ia mengizinkan orang
lain masuk rumahnya kecuali atas izinnya
(suami), dan setiap harta suami yang diinfaqkan
sang isteri tanpa seizinnya, maka sang suami
mendapatkan pahala separuh baginya. ” (Shohih,
diriwayatkan Imam Bukhari dalam Shahih-nya:
2066 dan 5360, Imam Muslim dalam Shahih-nya:
2367 dan Abu Dawud dalam Sunan-nya: 1687,
2458).
3. Dalam bidang rohani, seorang isteri harus
menjaga perasaan suami dan menciptakan
suasana tenang dan kondusif dalam rumah
tangga serta membantu meringankan beban dan
penderitaan yang menimpa suaminya.
4. Dalam bidang kesejahteraan, seorang isteri
harus mengingatkan suami tentang kebaikan,
membantu dalam kebajikan dan ketaatan,
membantu dalam bidang sosial, menyantuni fakir
miskin dan membantu orang-orang yang lemah
untuk memenuhi kebutuhan mereka.
5. Dalam bidang pendidikan, seorang isteri harus
membantu suami dengan jiwa raga dan
menerima segala nasehat dan arahannya. Begitu
juga dia harus membantunya dalam mendidik
dan meluruskan adab anak-anak serta
menghindarkan sikap antipati dan masa bodoh
terhadap masa depan pendidikan anak-anak.
6. Hendaklah seorang isteri tidak mengajukan
tuntutan nafkah atau lainnya yang memberatkan
suami atau mempersulit suami.
7. Tidak berkhianat dalam dirinya, harta benda
suami dan rahasia-rahasianya.
Balasan Bagi Rumah Tangga yang Berhasil
Tiada amal sholih yang dianggap sia-sia oleh
agama. Setiap kebaikan sekecil apapun pasti
mendapat balasan. Setiap benih kebaikan yang
disemai di ladang subur, pada musim panen pasti
akan memetik hasilnya, maka suami dan isteri
yang telah membina rumah tangga yang baik
dan mengerahkan berbagai macam pengorbanan
untuk mendidik keluarga. Alloh akan memberi
balasan yang besar. Cukuplah balasan nikmat
baginya berupa sanjungan, pujian, dan pahala
yang besar setelah wafatnya, seperti yang telah
ditegaskan sebuah hadits dari Abu Hurairoh
Rodhiyalloohu ‘anhu ia berkata bahwa Rosululloh
Shololloohu ‘alaihi wassallam bersabda:
“Jika manusia meninggal maka terputuslah
amalannya kecuali tiga perkara,: shodaqoh jariah,
ilmu yang bermanfaat, dan anak sholih yang
mendo ’akannya.” (HR. Bukhori 7/247 no.6514,
dan Muslim 3/1016 no.1631)
Balasan yang lebih besar lagi, ia dikumpulkan di
surga bersama para kekasih dan kerabatnya
dalam satu tempat tinggal di surga, sebagai
karunia dan balasan yang baik dari Alloh, seperti
firman Allohu ta ’ala:
ﻭﭐﻟﺬﻳﻦ ﺀﺍﻣﻨﻮﺍ ﻭﭐﺗﺒﻌﺘﮩﻢ
ﺫﺭﻳﺘﮩﻢ ﺑﺈﻳﻤـﻦ ﺃﻟﺤﻘﻨﺎ
ﺑﮩﻢ ﺫﺭﻳﺘﮩﻢ ﻭﻣﺎ
ﺃﻟﺘﻨـﻬﻢ ﻣﻦ ﻋﻤﻠﻬﻢ ﻣﻦ
ﺷﻰﺀ ﻛﻞ ﭐﻣﺮﻯ ﺑﻤﺎ ﻛﺴﺐ
ﺭﻫﻴﻦ (٢١ )
Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak
cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan,
Kami hubungkan anak cucu mereka dengan
mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun
dari pahala amal mereka.Tiap-tiap manusia terikat
dengan apayang dikerjakannya. (QS. 52:21)
Pembinaan rumah tangga secara baik, mampu
mengangkat martabat, memperbaiki nasib rezeki,
mengukir prestasi, memelihara moral generasi,
dan menanggulangi dekadensi sehingga
membuat hati tenang dan jiwa lapang. Maka
pembinaan harus berbasis penumbuhan
kesadaran, keimanan, ketaqwaan dan
pengendalian diri, serta mampu membentuk
suasana damai dan mesra sehingga perasaan
kasih sayang tumbuh subur. Allohu musta ’an
Diketik ulang oleh Ummu Tsaqiif al-Atsariyyah
dari majalah Mawaddah Edisi 1 Tahun ke-1
(1428/2007) untuk http://jilbab.or.id/)

No comments:

Post a Comment