09 April 2011

Jaminlah Bagiku Enam Perkara, AkuJaminBagimu Surga

Oleh: Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzak bin
Abdulmuhsin al-Badr hafidhahullah ta ’ala
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam.
Shalawat dan salam atas pemimpin para Rasul,
Nabi kita Muhammad. Juga atas keluarganya dan
seluruh para sahabatnya. Wa ba ’du.
Termasuk sesuatu yang dimaklumi oleh seluruh
manusia bahwa kata “jaminan” akan anda dapati
di kalangan manusia mendapat perhatian yang
sangat besar. Kata ini senantiasa mengiringi
aktifitas jual beli dan perniagaan mereka. Barang
dagangan yang memiliki jaminan akan mendapat
tempat tersendiri dibanding barang-barang yang
tidak memilikinya. Ini menunjukkan, betapa
tingginya perhatian manusia terhadap sesuatu
yang memiliki jaminan tertentu, melebihi sesuatu
yang tidak demikian, dengan perbedaan-
perbedaan yang besar dari sisi-sisi kebenaran
jaminan tersebut. Oleh karena itu, perhatian
manusia terhadap hal ini semakin besar lagi. jika
pemilik jaminan adalah orang yang dikenal
memiliki sifat jujur, tepat janji dan amanah, maka
perkara-perkara yang dengannya jaminan itu
akan didapatkan, akan menjadi perkara yang
mudah, tidak menyusahkan dan memberatkan
manusia.
Bagaimana jika pemilik jaminan itu adalah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Orang
yang benar dan dibenarkan. Orang yang tidak
bertutur kata dengan hawa nafsunya, melainkan
ia adalah wahyu yang diwahyukan kepadanya.
Dan bagaimana juga jika yang dijaminkannya
adalah surga, yang luasnya seluas langit dan
bumi. Yang isinya adalah sesuatu yang tidak
pernah ada satu matapun yang pernah
melihatnya, tidak ada satu telinga pun yang
pernah mendengarnya dan tidak pernah terlintas
sedikitpun dalam hati manusia. Bagitu juga
bagaimana jika perkara-perkara yang dengannya
dapat diraih jaminan ini adalah perkara-perkara
mudah, perbuatan-perbuatan ringan yang tidak
membutuhkan kerja keras dan beban berat.
Maka, renungkanlah –semoga Allah menjagamu-
satu hadis tentang jaminan yang agung ini. Imam
Ahmad meriwayatkan dalam Musnadnya, Ibnu
Hibban dalam Shahihnya, al-Hakim dalam
Mustadraknya dan yang lainnya, diterima dari
Ubadah bin Shamith –Radhiyallahu ‘anhu- dari
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
“Jaminlah bagiku enam perkara, maka aku akan
menjamin bagimu surga; jujurlah jika kalian
berbicara, tunaikanlah jika kalian berjanji,
laksanakanlah jika kalian diamanahi, jagalah
kemaluan kalian, tundukkan pandangan kalian dan
cegahlah tangan kalian. ” (lihat as-silsilah as-
shahihah, Syaikh al-Bani –rahimahullah. No 1470)
Sesungguhnya ia adalah jaminan dengan jaminan
dan penunaian dan penunaian.
“ Jaminlah bagiku enam perkara, maka aku akan
menjamin bagimu surga”
Enam amal yang sangat mudah, enam perkara
kebaikan yang sangat ringan. Orang yang
memperbuatnya dalam hidupnya dan
menjaganya hingga akhir hayatnya, maka surga
terjamin baginya. Perjalan kepadanya adalah
sesuatu yang pasti dan terjamin.
“Dan didekatkanlah surga itu kepada orang-orang
yang bertakwa pada tempat yang tiada jauh (dari
mereka). Inilah yang dijanjikan kepadamu, (yaitu)
kepada setiap hamba yang selalu kembali (kepada
Allah) lagi memelihara (semua peraturan-
peraturan-Nya). (Yaitu) orang yang takut kepada
Tuhan Yang Maha Pemurah sedang Dia tidak
kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati
yang bertaubat, masukilah syurga itu dengan
aman, itulah hari kekekalan. Mereka di dalamnya
memperoleh apa yang mereka kehendaki; dan
pada sisi Kami ada tambahannya.
(QS. Qaaf [50]: 31-35)
Jujur dalam berkata
Seorang mukmin adalah orang yang jujur dan
tidak mengenal kata dusta. Ia senantiasa menjaga
kejujuran dalam hidupnya hingga hal itu
mengantarkannya kepada surga. Dalam hadis,
“ Hendaknya kalian berlaku jujur, karena jujur
mengantarkan pada perbuatan baik, dan
perbuatan baik akan mengantarkan pada surga.
Seseorang yang senantiasa jujur, bersungguh-
sungguh memilih kejujuran, hingga Allah akan
menetapkannya sebagai orang jujur. ” (HR
Muslim)
Menunaikan janji dan komitmen terhadap akad
Ini adalah salah satu sifat orang-orang mukmin
dan ciri orang-orang yang bertakwa. Mereka tidak
mengenal ingkar dalam janji dan khianat dalam
akad. Sifat menepati adalah sifat pokok dalam
bangunan masyarakat islam, karena ia
berhubungan dengan seluruh jenis pergaulan
manusia. Seluruh bentuk interaksi manusia,
hubungan-hubungan sosial dan jenis-jenis
transaksi sangat ditentukan oleh sifat ini. Jika sifat
ini hilang, hilang pulalah kepercayaan, hubungan
manusia menjadi buruk dan saling curiga akan
merebak.
Melaksanakan amanah
Ia adalah diantara karakter positif terbesar, yang
Allah memuji para pelakunya. Ia adalah diantara
bentuk kesempurnaan iman seseorang dan
kebaikan Islamnya. Dengan karakter amanah,
maka agama, kehormatan, harta, jasad, jiwa,
ilmu dan yang lainnya akan terjaga. Dalam hadis,
“ Seorang mukmin itu adalah orang yang manusia
merasa aman dengannya atas harta dan jiwa
mereka ” (HR Ahmad). Jika amanah telah tersebar
dalam masyarakat, maka jalinan antar mereka
akan menjadi agung, pertaliannya akan menjadi
kokoh serta kebaikan dan berkah akan
meliputinya.
Menjaga kemaluan
Maksudnya menjaga kemaluan dari perbuatan
haram dan menjaganya agar tidak terjatuh pada
kebatilan. “dan orang-orang yang menjaga
kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka
atau budak yang mereka milik; maka
sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa.
Barangsiapa mencari yang di balik itu maka
mereka itulah orang-orang yang melampaui
batas. ” (QS. Al-Mukminun [23]: 5-7). Menjaga
kemualuan berarti menjaga keturunan dan nasab,
mensucikan masyarakat dan menjaga
keselamatan dari segala bahaya dan penyakit.
Menundukkan pandangan
Maksudnya dari melihat yang diharamkan. Allah
berfirman, “Katakanlah kepada orang laki-laki
yang beriman: “Hendaklah mereka menahan
pandanganya, dan memelihara kemaluannya;
yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
mereka perbuat. ” Katakanlah kepada wanita yang
beriman: “Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan kemaluannya…” (QS. An-Nur
[24]: 30-31). Menundukkan pandangan memiliki
faidah yang agung. Ia akan mewariskan pada
seorang hamba kelezatan iman, cahaya hati,
kekokohan kalbu, kesucian jiwa dan
keshalehannya. Padanya terdapat pencegah dari
prilaku mencari-cari yang diharamkan dan
kerinduan terhadap kebatilan.
Menahan kedua tangan
Maksudnya adalah dari menyakiti sesama, atau
menyebabkannya tertimpa keburukan. Orang
yang menyakiti hamba-hamba Allah akan
mendapat murka Allah, mendapat murka
manusia dan masyarakat akan menjauhinya.
Perbuatan ini adalah wujud dari akhlak buruk dan
etika yang rendah. Sebaliknya, jika seseorang
menjaga tangannya dari menyakiti sesama, maka
itu adalah bukti atas kecerdasan akhlaknya,
kemuliaan etikanya dan kebaikan pergaulannya. Ia
pun akan mendapatkan janji Allah yang sangat
agung kerena hal itu. Apalagi jika seseorang itu
akhlaknya semakin tinggi, etikanya semakin
mulia. Tidak hanya tidak menyakiti sesama,
hingga dengan akhlaknya itu ia justru
menyingkirkan sesuatu yang membahayakan
dari jalan yang dilalui orang-orang mukmin.
Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahihnya,
dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Seseorang melewati ranting
pohon di jalan, kemudian ia berkata: “demi Allah
sungguh aku akan menyingkirkan ini agar tidak
menyakiti orang-orang muslim ” kemudian ia
dimasukkan ke dalam surga.” (HR Muslim)
Itulah beberapa pintu surga yang tinggi,
menaranya sangat nampak dan jalannya sangat
mudah. Hendaknya kita menggunakan
kesempatan itu sebelum ia tiada. Hendaknya kita
memperbanyak kebaikan untuk diri kita sebelum
kita wafat. Semoga Allah membantu kita semua
meraih tempat mulia itu, memberi petunjuk
(taufik) pada setiap kebaikan. Shalawat dan salam
atas Nabi kita Muhammad, para keluarganya dan
seluruh para sahabatnya.
Abu Khaleed Resa Gunarsa – Sumber :
http://www.al-badr.net/web/index.php?
page=article&action=article&article=3

No comments:

Post a Comment