09 April 2011

''Peringatan dari Bahaya Godaan Harta''Penulis : Al- Ustadz Saifudin

ﺍﻟﺤﻤﺪ ﻟﻠﻪ ﺍﻟﺬﻱ ﺃﻧﻌﻢ
ﻋﻠﻴﻨﺎ ﺑﺎﻟﺄﻣﻮﺍﻝ، ﻭﺃﺑﺎﺡ
ﻟﻨﺎ ﺍﻟﺘﻜﺴﺐ ﺑﻬﺎ ﻋﻦ ﻃﺮﻳﻖ
ﺣﻼﻝ، ﻭﺷﺮﻉ ﻟﻨﺎ ﺗﺼﺮﻳﻔﻬﺎ
ﻓﻴﻤﺎ ﻳﺮﺿﻲ ﺍﻟﻜﺒﻴﺮ
ﺍﻟﻤﺘﻌﺎﻝ، ﻭﺃﺷﻬﺪ ﺃﻥ ﻻ
ﺇﻟﻪ ﺇﻻ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺣﺪﻩ ﻻ
ﺷﺮﻳﻚ ﻟﻪ ﺫﻭ ﺍﻟﺠﻼﻝ
ﻭﺍﻹﻛﺮﺍﻡ، ﻭﺃﺷﻬﺪ ﺃﻥ
ﻣﺤﻤﺪﺍ ﻋﺒﺪﻩ ﻭﺭﺳﻮﻟﻪ
ﺃﻛﺮﻡ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻓﻲ ﺑﺬﻝ
ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺈﺳﻼﻡ ﺻﻠﻰ
ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﻋﻠﻰ ﺁﻟﻪ
ﻭﺃﺻﺤﺎﺑﻪ ﻭﻣﻦ ﺗﺒﻌﻬﻢ
ﺑﺈﺣﺴﺎﻥ ﻭﺳﻠﻢ ﺗﺴﻠﻴﻤﺎ،
ﺃﻣﺎ ﺑﻌﺪ: ﺃﻳﻬﺎ ﺍﻟﻨﺎﺱ،
ﺍﺗﻘﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻭﺃﺩﻭﺍ ﻣﺎ
ﺃﻭﺟﺐ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻜﻢ ﻓﻲ
ﺃﻣﻮﻟﻜﻢ
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Segala puji
dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah
Subhanahu wa Ta ’ala atas berbagai limpahan
nikmat dan karunia-Nya kepada hamba-hamba-
Nya. Dialah Allah Subhanahu wa Ta ’ala satu-satu-
Nya yang memberikan rezeki kepada hamba-
hamba-Nya. Saya bersaksi bahwasanya tidak
ada sesembahan yang benar kecuali hanya Allah
Subhanahu wa Ta ’ala semata, dan saya bersaksi
bahwasanya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi
wa sallam adalah hamba dan utusan-Nya.
Shalawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada beliau, keluarga, para
sahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti
jalannya.
Hadirin rahimakumullah,
Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah
Subhanahu wa Ta ’ala dan senantiasa memohon
rahmat serta pertolongan-Nya. Tanpa rahmat
dan pertolongan-Nya, manusia tentu tidak akan
mampu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Karena manusia pada asalnya adalah makhluk
yang lemah. Saat dilahirkan, dia dalam keadaan
tidak mengetahui apa-apa serta tidak bisa
memberikan manfaat bagi dirinya. Kemudian
Allah Subhanahu wa Ta ’ala berikan kepada
hamba-hamba-Nya berbagai kenikmatan dan
kemudahan untuk mendapatkan rezeki yang
banyak dan beraneka ragam. Oleh karena itu,
kewajiban kita adalah mensyukuri pemberian-
pemberian tersebut dengan menjalankan
kewajiban-kewajiban yang diperintahkan-Nya
dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
Jama ’ah jum’ah rahimakumullah,
Ketahuilah, bahwa pemberian-pemberian Allah
Subhanahu wa Ta ’ala yang berupa makanan,
harta benda, anak, dan semisalnya merupakan
ujian bagi manusia. Allah Subhanahu wa Ta ’ala
berfirman:
ﻭﺍﻋﻠﻤﻮﺍ ﺃﻧﻤﺎ ﺃﻣﻮﺍﻟﻜﻢ
ﻭﺃﻭﻟﺎﺩﻛﻢ ﻓﺘﻨﺔ ﻭﺃﻥ ﺍﻟﻠﻪ
ﻋﻨﺪﻩ ﺃﺟﺮ ﻋﻈﻴﻢ
“ Dan ketahuilah bahwa harta-harta kalian dan
anak-anak kalian itu tidak lain hanyalah sebagai
cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah
pahala yang besar. ” (Al-Anfal: 28)
Disamping itu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
ﺇﻥ ﻟﻜﻞ ﺃﻣﺔ ﻓﺘﻨﺔ
ﻭﻓﺘﻨﺔ ﺃﻣﺘﻲ ﺍﻟﻤﺎﻝ
“Sesungguhnya pada setiap umat ada fitnah dan
fitnah umat-Ku adalah harta. ” (HR. At-Tirmidzi
dan dishahihkan oleh Al-Albani)
Hadirin rahimakumullah,
Godaan harta ini akan datang dari berbagai sisi.
Di antaranya adalah dari cara mencarinya. Dari
sisi ini, sebenarnya Allah Subhanahu wa Ta ’ala
telah mensyariatkan berbagai cara dalam
mendapatkan harta, yang semuanya dibangun di
atas keadilan dan jauh dari perbuatan zalim,
jahat, atau menyakiti orang lain. Maka orang-
orang yang bertakwa kepada Allah Subhanahu
wa Ta ’ala tentu akan senantiasa memerhatikan
batasan-batasan syariat dalam mendapatkannya.
Jauh dari unsur riba, judi, dan bentuk-bentuk
kezaliman lainnya, yang semuanya termasuk
dalam bentuk memakan harta orang lain dengan
cara yang batil. Mereka mengetahui bahwa hal ini
dilarang oleh Allah Subhanahu wa Ta ’ala, di
antaranya dalam firman-Nya:
ﻳﺎﺃﻳﻬﺎ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﺀﺍﻣﻨﻮﺍ ﻟﺎ
ﺗﺄﻛﻠﻮﺍ ﺃﻣﻮﺍﻟﻜﻢ ﺑﻴﻨﻜﻢ
ﺑﺎﻟﺒﺎﻃﻞ ﺇﻟﺎ ﺃﻥ ﺗﻜﻮﻥ
ﺗﺠﺎﺭﺓ ﻋﻦ ﺗﺮﺍﺽ ﻣﻨﻜﻢ
“ Wahai orang-orang yang beriman, janganlah
kalian saling memakan harta sesama kalian
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang dilakukan dengan suka sama
suka di antara kalian. ” (An-Nisa’: 29)
Dengan sebab perhatian terhadap batas dan
aturan-aturan Allah Subhanahu wa Ta ’ala dalam
mencarinya, maka harta yang diperoleh pun
menjadi barakah. Harta yang diperolehnya akan
menjadi sebab kebaikan bagi yang memilikinya,
baik saat diinfakkan, disedekahkan maupun di
saat hartanya nanti menjadi warisan bagi ahli
warisnya. Sehingga hartanya menjadi kebaikan
bagi dirinya di dunia dan akhirat. Sedangkan
orang-orang yang tidak bertakwa, mereka
tidaklah memedulikan halal atau tidaknya mata
pencaharian mereka. Yang halal bagi mereka
adalah segala cara yang bisa mereka lakukan,
meskipun di dalamnya ada unsur penipuan, riba,
judi maupun menzalimi orang lain. Sehingga
hartanya pun tidak barakah dan tidak ada
manfaatnya. Apabila dimakan atau diinfakkan
maka dia telah memakan atau menafkahi dengan
harta yang haram. Apabila disedekahkan tidak
akan diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta ’ala.
Apabila meninggal dunia, maka hartanya akan
menjadi sebab masuknya dia ke dalam neraka.
Nas ’alullaha as-salamah (Mudah-mudahan Allah
Subhanahu wa Ta’ala menyelamatkan kita dari
siksa neraka).
Hadirin rahimakumullah,
Godaan karena harta ini juga bisa datang dari sisi
perhatian dan keinginan seseorang terhadapnya.
Sehingga sebagian orang ada yang keinginannya
terhadap harta membuat dirinya berambisi
terhadapnya. Hal ini membuat kesibukannya
hanyalah untuk mencari dunia. Dari saat
memulai aktivitasnya setelah bangun tidur
sampai dia kembali ke rumahnya untuk
beristirahat, yang dipikirkannya hanyalah dunia.
Di saat duduk, berdiri, maupun berjalan, yang di
hatinya hanyalah mencari dunia. Bahkan saat
tidurnya pun yang diimpikan adalah mencari
dunia. Lebih dari itu, saat shalat pun pikirannya
dipenuhi dengan dunia. Seakan-akan dirinya
diciptakan untuk sekadar mencari dunia. Padahal
dengan perhatian dan keinginan yang berlebihan
hingga melalaikan akhirat seperti itu, seseorang
tidak akan mendapatkan rezeki kecuali yang telah
Allah Subhanahu wa Ta ’ala tetapkan untuk
dirinya. Maka orang yang demikian keadaannya,
tentunya adalah orang yang tertipu serta terjatuh
pada godaan dunia. Sehingga dia memusatkan
seluruh pikiran dan kesibukannya untuk dunia.
Dia menjadikan dunia bersemayam di hatinya
sehingga melalaikan dia dari beribadah kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Hadirin yang semoga dirahmati Allah Subhanahu
wa Ta ’ala,
Godaan harta juga akan muncul dari sisi
penggunaannya. Dari sisi ini, kita dapatkan
sebagian orang yang berharta memiliki sifat pelit
sehingga tidak mau mengeluarkan zakatnya,
tidak mau menjalankan kewajiban berinfak
kepada kerabatnya yang wajib untuk dibantu,
dan yang semisalnya. Sedangkan sebagian yang
lainnya atau pada sisi lainnya, justru
mengeluarkan hartanya tanpa ada perhitungan
serta dihambur-hamburkan sia-sia. Padahal Allah
Subhanahu wa Ta ’ala menyebutkan di dalam
firman-Nya:
ﻭﺀﺍﺕ ﺫﺍ ﺍﻟﻘﺮﺑﻰ ﺣﻘﻪ
ﻭﺍﻟﻤﺴﻜﻴﻦ ﻭﺍﺑﻦ ﺍﻟﺴﺒﻴﻞ ﻭﻟﺎ
ﺗﺒﺬﺭ ﺗﺒﺬﻳﺮﺍ. ﺇﻥ
ﺍﻟﻤﺒﺬﺭﻳﻦ ﻛﺎﻧﻮﺍ ﺇﺧﻮﺍﻥ
ﺍﻟﺸﻴﺎﻃﻴﻦ ﻭﻛﺎﻥ ﺍﻟﺸﻴﻄﺎﻥ
ﻟﺮﺑﻪ ﻛﻔﻮﺭﺍ
“ Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang
dekat haknya (mereka), (begitu pula) kepada
orang miskin dan orang yang dalam perjalanan
dan janganlah kamu menghambur-hamburkan
(hartamu) sia-sia. Sesungguhnya orang-orang
yang menghambur-hamburkan hartanya sia-sia
adalah saudara-saudara setan dan setan itu
adalah sangat ingkar kepada Rabbnya. ” (Al-Isra’:
26-27)
Berkaitan dengan ayat ini, sebagaimana
dinukilkan oleh Al-Imam Ibnu Katsir
rahimahullahu dalam tafsirnya, sahabat Abdullah
ibn Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata :
ﺍﻟﺘﺒﺬﻳﺮ: ﺍﻟﺈﻧﻔﺎﻕ ﻓﻲ ﻏﻴﺮ
ﺣﻖ
“ Menghambur-hamburkan harta adalah
mengeluarkannya tidak pada tempatnya.”
Al-Imam Mujahid rahimahullahu berkata:
ﻟﻮ ﺃﻧﻔﻖ ﺇﻧﺴﺎﻥ ﻣﺎﻟﻪ ﻛﻠﻪ
ﻓﻲ ﺍﻟﺤﻖ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻣﺒﺬﺭﺍ
ﻭﻟﻮ ﺃﻧﻔﻖ ﻣﺪﺍ ﻓﻲ ﻏﻴﺮ
ﺣﻘﻪ ﻛﺎﻥ ﺗﺒﺬﻳﺮﺍ
“ Seandainya seseorang mengeluarkan seluruh
hartanya pada tempat yang benar, maka dia
bukanlah seorang yang menghambur-
hamburkan harta. Namun seandainya seseorang
mengeluarkan satu mud/cakupan tangan (dari
hartanya) untuk sesuatu yang tidak pada
tempatnya, maka dia telah menghambur-
hamburkan hartanya dengan sia-sia. ”
Hadirin yang semoga dirahmati Allah Subhanahu
wa Ta ’ala,
Oleh karena itu, siapa pun di antara kita harus
hati-hati dan senantiasa takut terkena godaan
harta ini. Betapa banyak orang yang lebih
berilmu dari kita telah terjatuh pada
penyimpangan-penyimpangan karena godaan
ini. Bahkan ada pula orang yang dahulunya
istiqamah membela As-Sunnah dan melawan
kebatilan serta bid ’ah, namun kala tergoda
dengan harta, kemudian terjatuh pada
penyimpangan-penyimpangan. Hal itu di
antaranya disebabkan oleh ketidakhati-hatian
serta perasaan aman dari bahaya godaan harta.
Padahal harta secara umum akan menarik
pemiliknya untuk memenuhi keinginan-keinginan
syahwatnya. Maka akibat adanya kemampuan
untuk memenuhi keinginannya, seseorang akan
terseret untuk hidup bermewah-mewah yang
kemudian membuat dirinya sombong dan
angkuh, serta akhirnya membuat dirinya tidak
peduli dengan kemaksiatan-kemaksiatan kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh karena itu, kita
harus senantiasa memohon pertolongan kepada
Allah Subhanahu wa Ta ’ala dan berupaya untuk
senantiasa takut dari bahaya fitnah yang ada di
hadapan kita. Sikap hati-hati dan rasa takut ini,
insya Allah akan menjadi sebab yang
mendorong seseorang untuk berusaha mencari
jalan keluar dari fitnah yang ada di hadapannya.
Dengan sebab itu, dia pun akan senantiasa
mengharapkan datangnya pertolongan Allah
Subhanahu wa Ta ’ala. Adapun orang-orang
yang lalai dari mengingat Allah Subhanahu wa
Ta ’ala serta merasa aman dari ancaman dan
bahaya godaan, sangat besar kemungkinannya
untuk terjatuh dan terbawa oleh godaan
sehingga semakin jauh dari petunjuk Allah
Subhanahu wa Ta’ala .
ﺃﻗﻮﻝ ﻗﻮﻟﻲ ﻫﺬﺍ، ﻭﺃﺳﺘﻐﻔﺮ
ﺍﻟﻠﻪ ﻟﻲ ﻭﻟﻜﻢ ﻭﻟﺠﻤﻴﻊ
ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ، ﻓﺎﺳﺘﻐﻔﺮﻭﻩ
ﻳﻐﻔﺮ ﻟﻜﻢ، ﻭﺗﻮﺑﻮﺍ ﺇﻟﻴﻪ
ﻳﺘﺐ ﻋﻠﻴﻜﻢ؛ ﺇﻧﻪ ﻛﺎﻥ
ﺗﻮﺍﺑﺎ
Khutbah kedua:
ﺍﻟﺤﻤﺪ ﻟﻠﻪ ﺭﺏ ﺍﻟﻌﺎﻟﻤﻴﻦ،
ﺣﺬﺭﻧﺎ ﻣﻦ ﺍﻟﻔﺘﻦ ﻣﺎ ﻇﻬﺮ
ﻣﻨﻬﺎ ﻭﻣﺎ ﺑﻄﻦ، ﻭﺃﺷﻬﺪ ﺃﻥ
ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺣﺪﻩ ﻻ
ﺷﺮﻳﻚ ﻟﻪ ﻳﻌﻠﻢ ﺍﻟﺴﺮ
ﻭﺍﻟﻌﻠﻦ، ﻭﺃﺷﻬﺪ ﺃﻥ
ﻣﺤﻤﺪﺍ ﻋﺒﺪﻩ ﻭﺭﺳﻮﻟﻪ ﺃﻣﺮ
ﻋﻨﺪ ﻇﻬﻮﺭ ﺍﻟﻔﺘﻦ
ﺑﺎﻟﺎﻋﺘﺼﺎﻡ ﺑﺎﻟﻜﺘﺎﺏ
ﻭﺍﻟﺴﻨﻦ، ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ
ﻭﻋﻠﻰ ﺁﻟﻪ ﻭﺃﺻﺤﺎﺑﻪ ﻭﺳﻠﻢ
ﺗﺴﻠﻴﻤﺎ ﻛﺜﻴﺮﺍ، ﺃﻣﺎ ﺑﻌﺪ :
Hadirin rahimakumullah,
Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang
telah menjelaskan kepada hamba-hamba-Nya
jalan keluar dari berbagai fitnah atau ujian.
Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah
Subhanahu wa Ta ’ala dan senantiasa mengingat
bahwa dunia yang kita sekarang berada di
dalamnya adalah tempat ujian. Allah Subhanahu
wa Ta ’ala akan memberikan ujian kepada
hamba-hamba-Nya dengan berbagai kebaikan
dan juga kejelekan, sehingga menjadi nampak
serta terbedakanlah antara yang beriman dengan
yang tidak beriman. Maka akan terus ada di
muka bumi ini pertentangan dan perseteruan
antara yang haq dengan yang batil, sejak
diturunkan Nabi Adam ‘alaihissalam ke bumi,
hingga waktu yang telah ditetapkan dan
dikehendaki oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kebatilan akan terus dibawa oleh setan dan bala
tentaranya baik dari kalangan jin maupun
manusia, serta terus akan ditawarkan dengan
berbagai cara dan upaya. Kebatilan akan
ditampilkan oleh mereka seakan-akan sebagai
sesuatu yang indah. Sedangkan kebenaran akan
ditampilkan seakan-akan sebagai sesuatu yang
tidak bernilai. Maka akan tertipulah orang-orang
tidak mau mengingat Allah Subhanahu wa Ta ’ala
dan lalai akan kehidupan yang selamanya di
akhirat kelak. Adapun kebenaran, yaitu petunjuk
Allah Subhanahu wa Ta ’ala yang telah diturunkan
melalui Rasul-Nya, maka akan terus dibawa oleh
para ulama. Sehingga akan selamatlah orang-
orang yang mendapat hidayah Allah Subhanahu
wa Ta ’ala karena mengikuti jejak para ulama
dalam menempuh kebenaran yang datang dari
Allah Subhanahu wa Ta ’ala melalui Rasul-Nya.
Hadirin rahimakumullah,
Setiap orang yang mengetahui dirinya dalam
bahaya tentunya akan berusaha mencari jalan
keluar dari bahaya tersebut. Maka ketahuilah,
wahai kaum muslimin, yang semoga dirahmati
Allah Subhanahu wa Ta ’ala, bahwa kita
semuanya sedang dalam bahaya yang luar biasa
besar dan sangat banyak ragamnya. Tidak ada
yang bisa selamat kecuali yang mendapatkan
pertolongan Allah Subhanahu wa Ta ’ala. Oleh
karena itu, yang harus kita lakukan adalah
berupaya untuk mendapatkan pertolongan-Nya.
Upaya itu tidak lain adalah dengan mengikuti
petunjuk Allah Subhanahu wa Ta ’ala yang telah
diturunkan melalui Rasul-Nya. Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda :
ﻭﻗﺪ ﺗﺮﻛﺖ ﻓﻴﻜﻢ ﻣﺎ ﻟﻦ
ﺗﻀﻠﻮﺍ ﺑﻌﺪﻩ ﺇﻥ ﺍﻋﺘﺼﻤﺘﻢ
ﺑﻪ؛ ﻛﺘﺎﺏ ﺍﻟﻠﻪ
“Dan sungguh telah aku tinggalkan bagi kalian
sesuatu yang kalian tidak akan tersesat
setelahnya apabila kalian berpegang teguh
dengannya, yaitu kitab Allah. ” (HR. Muslim)
Di dalam hadits tersebut, Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam menjelaskan bahwa berpegang teguh
dengan Al-Qur ’an adalah jalan keselamatan.
Kewajiban berpegang teguh dengan Al-Qur’an
berarti pula kewajiban berpegang teguh dengan
Al-Hadits, karena di dalam Al-Qur ’an juga ada
kewajiban untuk menjalankan hadits. Dan
sebaliknya, dengan berpaling dari keduanya
maka seseorang akan tersesat dan tidak akan
selamat dari berbagai fitnah yang akan
dihadapinya. Allah Subhanahu wa Ta ’ala
berfirman:
ﻗﺎﻝ ﺍﻫﺒﻄﺎ ﻣﻨﻬﺎ ﺟﻤﻴﻌﺎ
ﺑﻌﻀﻜﻢ ﻟﺒﻌﺾ ﻋﺪﻭ ﻓﺈﻣﺎ
ﻳﺄﺗﻴﻨﻜﻢ ﻣﻨﻲ ﻫﺪﻯ ﻓﻤﻦ
ﺍﺗﺒﻊ ﻫﺪﺍﻱ ﻓﻠﺎ ﻳﻀﻞ ﻭﻟﺎ
ﻳﺸﻘﻰ. ﻭﻣﻦ ﺃﻋﺮﺽ ﻋﻦ ﺫﻛﺮﻱ
ﻓﺈﻥ ﻟﻪ ﻣﻌﻴﺸﺔ ﺿﻨﻜﺎ
ﻭﻧﺤﺸﺮﻩ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﻘﻴﺎﻣﺔ
ﺃﻋﻤﻰ. ﻗﺎﻝ ﺭﺏ ﻟﻢ ﺣﺸﺮﺗﻨﻲ
ﺃﻋﻤﻰ ﻭﻗﺪ ﻛﻨﺖ ﺑﺼﻴﺮﺍ. ﻗﺎﻝ
ﻛﺬﻟﻚ ﺃﺗﺘﻚ ﺀﺍﻳﺎﺗﻨﺎ
ﻓﻨﺴﻴﺘﻬﺎ ﻭﻛﺬﻟﻚ ﺍﻟﻴﻮﻡ
ﺗﻨﺴﻰ
Allah berfirman (kepada Adam dan Hawa):
“ Turunlah kamu berdua dari surga bersama-
sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi
sebagian yang lain. Sehingga jika datang
kepadamu petunjuk-Ku, maka barangsiapa yang
mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan
tidak akan celaka. Dan barangsiapa berpaling dari
peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya
penghidupan yang sempit, dan Kami akan
membangkitkannya pada hari kiamat dalam
keadaan buta. ” Berkatalah ia: “Ya Rabb-ku,
mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam
keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah
seorang yang melihat ?” Allah berfirman:
“Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat
Kami, namun kamu melupakannya, maka begitu
pula pada hari ini kamu pun dilupakan. ” (Thaha:
123-126)
Maka seseorang yang ingin selamat dari godaan,
dia harus berpegang teguh dengan Al-Qur ’an
dan As-Sunnah. Yaitu hendaknya dia senantiasa
bersemangat dalam membaca dan
mempelajarinya serta mengamalkan apa yang
terkandung di dalamnya. Dengan kembali dan
berpegang teguh kepada keduanya, seseorang
akan mengetahui bagaimana dia harus mencari
harta dan bagaimana pula dia cara
menginfakkannya. Dengan kembali kepada
keduanya, seseorang akan tahu apa akibat dari
pelanggaran terhadap batas-batas syariat Allah
Subhanahu wa Ta ’ala dan apa keutamaan orang
yang senantiasa memerhatikan syariat dalam
mendapatkan maupun menginfakkan hartanya.
Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta ’ala
senantiasa memberikan pertolongan-Nya dan
memudahkan kita untuk senantiasa berada di
atas syariat-Nya.
ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺻﻞ ﻭﺳﻠﻢ ﻋﻠﻰ
ﻧﺒﻴﻨﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﻭﻋﻠﻰ ﺁﻟﻪ
ﻭﺃﺻﺤﺎﺑﻪ ﺃﺟﻤﻌﻴﻦ،
ﻭﺍﻟﺤﻤﺪ ﻟﻠﻪ ﺭﺏ ﺍﻟﻌﺎﻟﻤﻴﻦ

No comments:

Post a Comment