15 September 2011

Abu Bakar Ash-Shiddiiq (11-13 H)

Istanbul  blue  mosque
Nama lengkap beliau adalah Abdullah bin Utsman
bin Amir bin Amru bin Ka`ab bin Sa`ad bin Taim
bin Murrah bin Ka`ab bin Lu`ai bin Ghalib bin Fihr
al-Qurasy at-Taimi – radhiyallahu`anhu. Bertemu
nasabnya dengan Nabi pada kakeknya Murrah bin
Ka ’ab bin Lu’ai. Abu Bakar adalah shahabat
Rasulullah – shalallahu`alaihi was salam – yang
telah menemani Rasulullah sejak awal diutusnya
beliau sebagai Rasul, beliau termasuk orang yang
awal masuk Islam. Abu Bakar memiliki julukan
“ ash-Shiddiq” dan “Atiq”.
Ada yang berkata bahwa Abu Bakar dijuluki “ash-
Shiddiq” karena ketika terjadi peristiwa isra`
mi`raj, orang-orang mendustakan kejadian
tersebut, sedangkan Abu Bakar langsung
membenarkan.
Allah telah mempersaksikan persahabatan
Rasulullah dengan Abu Bakar dalam Al-Qur`an,
yaitu dalam firman-Nya : “…sedang dia salah
seorang dari dua orang ketika keduanya berada
dalam gua, di waktu dia berkata kepada
sahabatnya: `Janganlah kamu berduka cita,
sesungguhnya Allah beserta kita ’.” (QS at-
Taubah : 40)
`Aisyah, Abu Sa’id dan Ibnu Abbas dalam
menafsirkan ayat ini mengatakan : “Abu Bakar-lah
yang mengiringi Nabi dalam gua tersebut.”
Allah juga berfirman : “Dan orang yang
membawa kebenaran dan membenarkannya,
mereka itulah orang-orang yang bertakwa. ” (az-
Zumar : 33)
Al-Imam adz-Dzahabi setelah membawakan ayat
ini dalam kitabnya al-Kabaa`ir, beliau
meriwayatkan bahwa Ja`far Shadiq
berujar : ”Tidak ada perselisihan lagi bahwa orang
yang datang dengan membawa kebenaran
adalah Rasulullah, sedangkan yang
membenarkannya adalah Abu Bakar. Masih
adakah keistimeaan yang melebihi keistimeaannya
di tengah-tengah para Shahabat ?”
Dari Amru bin al-Ash radhiyallahu`anhu, bahwa
Rasulullah mengutusnya atas pasukan Dzatus
Salasil : “Aku lalu mendatangi beliau dan bertanya
“Siapa manusia yang paling engkau cintai?” beliau
bersabda :”Aisyah” aku berkata : “kalau dari lelaki?”
beliau menjawab : “ayahnya (Abu Bakar)” aku
berkata : “lalu siapa?” beliau menjawab: “Umar”
lalu menyebutkan beberapa orang
lelaki. ” (HR.Bukhari dan Muslim)
“Sesungguhnya Allah telah menjadikanku sebagai
kekasih-Nya, sebagaimana Dia menjadikan
Ibrahim sebagai kekasih-Nya. Dan kalau saja aku
mengambil dari umatku sebagai kekasih, akan
aku jadikan Abu Bakar sebagai kekasih. ” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Sa`id radhiyallahu`anhu, bahwa
Rasulullah duduk di mimbar, lalu
bersabda : ”Sesungguhnya ada seorang hamba
yang diberi pilihan oleh Allah, antara diberi
kemewahan dunia dengan apa yang di sisi-Nya.
Maka hamba itu memilih apa yang di sisi-Nya ”
lalu Abu bakar menangis dan menangis, lalu
berkata : ”ayah dan ibu kami sebagai tebusanmu”
Abu Sa`id berkata : “yang dimaksud hamba
tersebut adalah Rasulullah, dan Abu Bakar adalah
orang yang paling tahu diantara kami ” Rasulullah
bersabda : “Sesungguhnya orang yang paling
banyak memberikan perlindungan kepadaku
dengan harta dan persahabatannya adalah Abu
Bakar. Andaikan aku boleh mengambil seorang
kekasih (dalam riwayat lain ada tambahan : “selain
rabb-ku”), niscaya aku akan mengambil Abu
Bakar sebagai kekasihku. Tetapi ini adalah
persaudaraan dalam Islam. Tidak ada di dalam
masjid sebuah pintu kecuali telah ditutup,
melainkan hanya pintu Abu Bakar saja (yang
masih terbuka). ” (HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya Allah telah
mengutusku kepada kalian semua. Namun kalian
malah berkata `kamu adalah pendusta ’.
Sedangkan Abu Bakar membenarkan (ajaranku).
Dia telah membantuku dengan jiwa dan hartanya.
Apakah kalian akan meninggalkan aku (dengan
meninggalkan) shahabatku ?” Rasulullah
mengucapkan kalimat itu 2 kali. Sejak itu Abu
bakar tidak pernah disakiti (oleh seorangpun dari
kaum muslimin). (HR. Bukhari)
Masa Kekhalifahan
Dalam riwayat al-Bukhari diriwayatkan dari
Aisyah radhiyallahu`anha, bahwa ketika Rasulullah
wafat, Abu Bakar datang dengan menunggang
kuda dari rumah beliau yang berada di daerah
Sunh. Beliau turun dari hewan tunggangannya itu
kemudian masuk ke masjid. Beliau tidak
mengajak seorang pun untuk berbicara sampai
akhirnya masuk ke dalam rumah Aisyah. Abu
Bakar menyingkap wajah Rasulullah yang ditutupi
dengan kain kemudian mengecup keningnya.
Abu Bakar pun menangis kemudian berkata :
“ demi ayah dan ibuku sebagai tebusanmu, Allah
tidak akan menghimpun dua kematian pada
dirimu. Adapun kematian yang telah ditetapkan
pada dirimu, berarti engkau memang sudah
meninggal. ”Kemudian Abu Bakar keluar dan
Umar sedang berbicara dihadapan orang-orang.
Maka Abu Bakar berkata : “duduklah wahai Umar!”
Namun Umar enggan untuk duduk. Maka orang-
orang menghampiri Abu Bakar dan
meninggalkan Umar. Abu Bakar berkata : “Amma
bad`du, barang siapa diantara kalian ada yang
menyembah Muhammad, maka sesungguhnya
Muhammad telah mati. Kalau kalian menyembah
Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Hidup dan
tidak akan pernah mati. Allah telah berfirman :
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul,
sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa
orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh
kamu berbalik ke belakang (murtad)? barangsiapa
yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat
mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun,
dan Allah akan memberi balasan kepada orang-
orang yang bersyukur.” (QS Ali Imran : 144)
Ibnu Abbas radhiyallahu`anhuma berkata : “demi
Allah, seakan-akan orang-orang tidak mengetahui
bahwa Allah telah menurunkan ayat ini sampai
Abu Bakar membacakannya. Maka semua orang
menerima ayat Al-Qur`an itu, tak seorangpun
diantara mereka yang mendengarnya melainkan
melantunkannya. ”
Sa`id bin Musayyab rahimahullah berkata : bahwa
Umar ketika itu berkata : “Demi Allah, sepertinya
aku baru mendengar ayat itu ketika dibaca oleh
Abu Bakar, sampai-sampai aku tak kuasa
mengangkat kedua kakiku, hingga aku tertunduk
ke tanah ketika aku mendengar Abu Bakar
membacanya. Kini aku sudah tahu bahwa nabi
memang sudah meninggal. ”
Dalam riwayat al-Bukhari lainnya, Umar berkata :
“ maka orang-orang menabahkan hati mereka
sambil tetap mengucurkan air mata. Lalu orang-
orang Anshor berkumpul di sekitar Sa`ad bin
Ubadah yang berada di Saqifah Bani Sa`idah ”
mereka berkata : “Dari kalangan kami (Anshor)
ada pemimpin, demikian pula dari kalangan
kalian !” maka Abu Bakar, Umar dan Abu Ubaidah
bin al-Jarroh mendekati mereka. Umar mulai
bicara, namun segera dihentikan Abu Bakar.
Dalam hal ini Umar berkata : “Demi Allah, yang
kuinginkan sebenarnya hanyalah
mengungkapkan hal yang menurutku sangat
bagus. Aku khawatir Abu Bakar tidak
menyampaikannya ” Kemudian Abu Bakar bicara,
ternyata dia orang yang terfasih dalam
ucapannya, beliau berkata : “Kami adalah
pemimpin, sedangkan kalian adalah para
menteri. ” Habbab bin al-Mundzir menanggapi :
“Tidak, demi Allah kami tidak akan melakukannya,
dari kami ada pemimpin dan dari kalian juga ada
pemimpin. ” Abu Bakar menjawab : “Tidak, kami
adalah pemimpin, sedangkan kalian adalah para
menteri. Mereka (kaum Muhajirin) adalah suku
Arab yang paling adil, yang paling mulia dan
paling baik nasabnya. Maka baiatlah Umar atau
Abu Ubaidah bin al-Jarroh. ”Maka Umar menyela :
“Bahkan kami akan membai`atmu. Engkau adalah
sayyid kami, orang yang terbaik diantara kami
dan paling dicintai Rasulullah. ” Umar lalu
memegang tangan Abu Bakar dan membai`atnya
yang kemudian diikuti oleh orang banyak. Lalu
ada seorang yang berkata : “kalian telah
membunuh (hak khalifah) Sa`ad (bin Ubadah).”
Maka Umar berkata : “Allah yang telah
membunuhnya.” (Riwayat Bukhari)
Menurut `ulama ahli sejarah, Abu Bakar
menerima jasa memerah susu kambing untuk
penduduk desa. Ketika beliau telah dibai`at
menjadi khalifah, ada seorang wanita desa
berkata : “sekarang Abu Bakar tidak akan lagi
memerahkan susu kambing kami.” Perkataan itu
didengar oleh Abu Bakar sehingga dia berkata :
“ tidak, bahkan aku akan tetap menerima jasa
memerah susu kambing kalian. Sesungguhnya
aku berharap dengan jabatan yang telah aku
sandang sekarang ini sama sekali tidak merubah
kebiasaanku di masa silam. ” Terbukti, Abu Bakar
tetap memerahkan susu kambing-kambing
mereka.
Ketika Abu Bakar diangkat sebagai khalifah, beliau
memerintahkan Umar untuk mengurusi urusan
haji kaum muslimin. Barulah pada tahun
berikutnya Abu Bakar menunaikan haji.
Sedangkan untuk ibadah umroh, beliau lakukan
pada bulan Rajab tahun 12 H. beliau memasuki
kota Makkah sekitar waktu dhuha dan langsung
menuju rumahnya. Beliau ditemani oleh beberapa
orang pemuda yang sedang berbincang-bincang
dengannya. Lalu dikatakan kepada Abu Quhafah
(Ayahnya Abu Bakar) : “ini putramu (telah
datang)!”
Maka Abu Quhafah berdiri dari tempatnya. Abu
Bakar bergegas menyuruh untanya untuk
bersimpuh. Beliau turun dari untanya ketika unta
itu belum sempat bersimpuh dengan sempurna
sambil berkata : “wahai ayahku, janganlah anda
berdiri!” Lalu Abu Bakar memeluk Abu Quhafah
dan mengecup keningnya. Tentu saja Abu
Quhafah menangis sebagai luapan rasa bahagia
dengan kedatangan putranya tersebut.
Setelah itu datanglah beberapa tokoh kota Makkah
seperti Attab bin Usaid, Suhail bin Amru, Ikrimah
bin Abi Jahal, dan al-Harits bin Hisyam. Mereka
semua mengucapkan salam kepada Abu Bakar :
“ Assalamu`alaika wahai khalifah Rasulullah!”
mereka semua menjabat tangan Abu Bakar. Lalu
Abu Quhafah berkata : “wahai Atiq (julukan Abu
Bakar), mereka itu adalah orang-orang (yang
baik). Oleh karena itu, jalinlah persahabatan yang
baik dengan mereka !” Abu Bakar berkata : “Wahai
ayahku, tidak ada daya dan upaya kecuali hanya
dengan pertolongan Allah. Aku telah diberi beban
yang sangat berat, tentu saja aku tidak akan
memiliki kekuatan untuk menanggungnya kecuali
hanya dengan pertolongan Allah. ” Lalu Abu Bakar
berkata : “Apakah ada orang yang akan
mengadukan sebuah perbuatan dzalim?”
Ternyata tidak ada seorangpun yang datang
kepada Abu Bakar untuk melapor sebuah
kedzaliman. Semua orang malah menyanjung
pemimpin mereka tersebut.
Wafatnya
Menurut para `ulama ahli sejarah Abu Bakar
meninggal dunia pada malam selasa, tepatnya
antara waktu maghrib dan isya pada tanggal 8
Jumadil awal 13 H. Usia beliau ketika meninggal
dunia adalah 63 tahun. Beliau berwasiat agar
jenazahnya dimandikan oleh Asma` binti Umais,
istri beliau. Kemudian beliau dimakamkan di
samping makam Rasulullah. Umar mensholati
jenazahnya diantara makam Nabi dan mimbar
(ar-Raudhah). Sedangkan yang turun langsung ke
dalam liang lahat adalah putranya yang bernama
Abdurrahman (bin Abi Bakar), Umar, Utsman,
dan Thalhah bin Ubaidillah.
Sumber :
-Al-Bidayah wan Nihayah, Masa Khulafa’ur
Rasyidin Tartib wa Tahdzib Kitab al-Bidayah wan
Nihayah karya Ibnu Katsir.
- Shifatush-Shofwah karya Ibnul Jauzi. Tahdzib
Syarh Ath-Thahawiyah -Al-Kabaa`ir karya Adz-
Dzahabi.

No comments:

Post a Comment