02 September 2011

[Pelajaran Ramadhan]: Mengikis Sifat Tamak


Baginda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam suatu hari memberi nasehat kepada sahabatnya Hakim bin Hizam, “Wahai Hakim, sesungguhnya harta ini hijau dan manis. Barangsiapa yang mengambilnya dengan keluasan hati, maka ia akan diberkahi pada hartanya. Barangsiapa yang mengambilnya dengan ketamakan, maka ia tidak diberkahi dalam hartanya, seperti orang yang makan dan tidak pernah kenyang. Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.” (HR Bukhari Muslim)



Hadis yang mulia ini merupakan pengajaran nabawi agar umatnya menjauhi sifat tamak. Karena sifat tamak adalah kekuatan dahsyat yang dapat menghancurkan kebahagiaan hidup seseorang. Orang yang mengusahakan harta dengan ketamakan, maka ia sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah, seperti orang yang terus makan dan tidak pernah kenyang.



Orang yang tamak tidak akan menemukan keberkahan dalam hartanya. Harta yang terus-menerus ia cari tidak pernah memberinya kepuasan dan kebahagiaan. Karena pola pikir yang ia kedepankan saat memperoleh harta hanyalah bagaimana ia mendapatkan harta berikutnya dengan jumlah yang lebih banyak lagi. Ia sama sekali tidak pernah berpikir bagaimana seharusnya harta yang telah ia peroleh itu disyukuri dengan baik, agar kelak membuahkan kebaikan-kebaikan yang lain, baik di dunia atau nanti di akhirat.



Umar bin AlKhatthab berkata, “Pelajarilah dengan sungguh-sungguh bahwa ketamakan adalah hakikat kemiskinan dan tidak tamak adalah hakikat kekayaan.”



Orang yang tamak berarti sedang menggantungkan hidupnya kepada apa yang ia tamaki. Jika ia tamak kepada harta benda, maka ia sesungguhnya sedang menggantungkan hidupnya pada harta benda. Jika ia tamak pada kedudukan, maka ia pun menggantungkan hidupnya pada kedudukan. Dan begitu seterusnya. Itulah kenapa orang tamak disebut orang miskin. Karena ketamakannya membuat ia tidak pernah merasa cukup.



Seharusnya, manusia hanya menggantungkan segala urusannya kepada Allah. Termasuk dalam urusan harta dan rizki. Kecukupan itu sesungguhnya hanya ada pada sisi Allah. Maka dari itu, harapkanlah rizki dari Allah semata. Nabi Ibrahim berkata, sebagaimana yang Allah hikayatkan dalam Alquran, “…Maka mintalah rezki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada- Nyalah kamu akan dikembalikan.” (QS. Al-Ankabut [29]: 17)



Melalui ibadah shaum di bulan Ramadhan ini, marilah kita kikis sifat ketamakan yang ada dalam diri kita, agar kita menjadi orang yang senantiasa bersyukur atas apa yang telah didapatkan.***Wallahu ‘alam bish-shawab



Abu Khaleed - Subang

No comments:

Post a Comment